Dalam perlindungan terhadap radiasi nuklir, ada satu prinsip
dasar yang harus dipatuhi dan menjadi bagian penting dalam peraturan
pemanfaatan nuklir di seluruh dunia. Prinsip tersebut adalah
ALARA
yang merupakan singkatan dari As Low As Reasonable Achievable atau dalam bahasa
Indonesianya bisa diartikan sebagai “serendah mungkin yang bisa dicapai dengan alasan
yang masuk akal” atau serendah mungkin asalkan masuk akal.
Yang dimaksudkan dalam ALARA ini adalah penerimaan dosis dan
penyebaran radiasi yang harus diminimalisir serendah mungkin karena sekecil apapun
radiasi nuklir yang diterima, ada dampak yang mungkin terjadi, tapi….. masih
ada faktor efektivitas yang harus diperhitungkan sehingga penggunaannya juga harus
masuk akal. Istilahnya, kalau tidak efektif untuk apa menggunakan radiasi
pengion? Untuk apa ambil resiko kalau tidak ada manfaatnya?
Efektivitas Radiasi
Efektivitas radiasi dipengaruhi banyak hal. Beberapa hal
penting adalah jenis radiasi, kekuatan radiasi, penggunaan teknologi, dan
faktor ekonomi. Ada satu saja hal yang tidak masuk akal, maka penggunaan
radiasi menjadi tidak efektif.
Jenis Radiasi
Jenis radiasi sangat berpengaruh karena masing-masing
radiasi memiliki sifat berbeda sehingga penggunaannya pun berbeda. Sebagai contoh,
untuk pencitraan atau imaging, radiasi yang biasa digunakan adalah sinar-x atau
sinar gamma karena daya tembusnya yang kuat. Sinar beta digunakan untuk
mengionisasi partikel seperti merubah gen pada bibit tanaman atau membunuh sel
kanker. Ada juga peluruhan berantai dengan berbagai jenis radiasi pada uranium
yang menghasilkan energi yang sangat besar sehingga digunakan sebagai sumber
energi untuk berbagai keperluan baik penelitian maupun sumber energi listrik.
Karena jenis radiasi yang digunakan tertentu, kita tidak
bisa asal menggunakan radiasi hanya karena ingin mendapatkan dosis teraman. Sebagai
contoh, pesawat sinar-X adalah sumber radiasi pengion teraman karena merupakan
radiasi yang dibangkitkan sehingga kita bisa mengatur kapan dan berapa besar
sinar-x yang kita butuhkan. Tidak seperti zat radioaktif yang selalu
memancarkan radiasi hingga habis aktivitasnya, pesawat sinar-x tidak
memancarkan sinar-x saat tidak beroperasi. Tapi, kita tidak bisa menggunaan
sinar-x untuk brachiterapi (pengobatan kanker) karena yang bisa digunakan
adalah zat radioaktif tertentu, seperti Co-60. Jadi, walaupun lebih berbahaya,
zat radioaktif tertentu dipilih karena efektivitasnya.
Kekuatan Radiasi
Kekuatan radiasi tentunya sangat berpengaruh pada hasil
kerja. Kalau kekuatannya terlalu kecil, tentunya hasilnya tidak optimal atau
bahkan tidak berpengaruh sama sekali. Sinar gamma yang terlalu lemah tidak akan
sanggup menembus bahan yang ingin diperiksa. Sinar beta yang terlalu lemah
tidak cukup kuat mengionisasi zat yang diinginkan. Jadi walaupun harus
menggunakan radiasi yang lebih kuat yang artinya menyebabkan dosis lebih besar,
kita mengambil resiko karena efektivitasnya.
Penggunaan Teknologi
Teknologi terus berkembang demi kepentingan manusia. Tapi,
masing-masing teknologi memiliki kekurangan masing-masing sehingga kita harus memilih
mana yang lebih efektif, termasuk mengambil resiko dengan penggunaan radiasi. Contohnya,
walaupun dalam bidang medis banyak sekali pilihan pencitraan untuk diagnosis
seperti USG dan MRI yang tidak menggunakan radiasi nuklir, tetapi ada saatnya
kita harus memilih sinar-x (rongent atau CT-Scan) karena hasil yang lebih jelas
dari USG dan pemeriksaan yang lebih cepat dari MRI. Contoh lain adalah
penggunaan pesawat gamma dengan penggunaan Iridium untuk NDT karena tidak
merusak struktur yang diperiksa. Jadi, tentunya harus dipilih teknologi yang
paling efektif.
Faktor Ekonomi
Kalau sudah bicara ekonomi, kita akan semakin repot untuk
menentukan efektivitas. Dalam suatu kegiatan apapun, biasanya akan dicari
solusi yang paling ekonomis. Kalau ada yang lebih murah, untuk apa menggunakan
yang lebih mahal? Kasus yang berbeda adalah kita tidak mungkin menggunakan
sesuatu yang biayanya tidak terjangkau. Jadi, ada kalanya kita harus memilih
radiasi yang lebih besar karena biayanya lebih terjangkau sehingga lebih
efektif bagi pemilik dana yang terbatas.
Faktor ekonomi juga menjadi salah satu alasan kuat
pembangunan PLTN (Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir) yang sampai saat ini masih
menjadi perdebatan besar di Indonesia. Harus diakui bahwa PLTN mempunyai nilai
ekonomis yang lebih tinggi dibandingkan pembangkit listrik lain karena energi
yang dihasilkan sangat besar dibandingkan dengan biaya yang harus dikeluarkan. Dengan
krisis energi yang melanda Indonesia, PLTN tetap dianggap sebagai salah satu
pilihan ekonomis.
Kesimpulan
Prinsip ALARA menggunakan pemikiran untuk menggunakan
radiasi dengan dosis dan penyebaran sesedikit mungkin, tetapi harus efektif.
Oleh karena itu, diperlukan perhitungan yang akurat tentang dosis terkecil yang
diperlukan demi tercapainya tujuan dari aktivitas tersebut. Jika sudah
didapatkan hasil perhitungan dosis terkecil yang efektif, kita tidak boleh
menambah dosis bagaimanapun juga. Saat menggunakan pesawat sinar-x, jangan
menambahkan arus atau tegangan yang tidak diperlukan. Saat menggunakan zat
radioaktif, jangan memilih aktivitas tinggi jika tidak diperlukan.
Selain menentukan dosis terendah dari sumber radiasi, penerapan
prinsip alara juga dibantu dengan penggunaan 3 faktor dasar proteksi radiasi
yaitu faktor waktu, jarak, dan pelindung.
Waktu > semakin cepat waktu yang diperlukan, akan semakin
kecil dosis yang diterima dan disebar.
Jarak > semakin jauh jarak, semakin kecil dosis yang
diterima dan disebar
Pelindung > penggunaan pelindung akan memperkecil dosis
yang diterima dan disebar.
Jadi, semua faktor yang mempengaruhi dosis yang diterima dan
penyebaran radiasi harus benar-benar diperhitungkan demi tercapainya prinsip
ALARA sehingga dampak buruk radiasi bisa diturunkan sekecil mungkin.