Rabu, 23 Desember 2015

Prinsip Dasar Proteksi Radiasi



Dalam perlindungan terhadap radiasi nuklir, ada satu prinsip dasar yang harus dipatuhi dan menjadi bagian penting dalam peraturan pemanfaatan nuklir di seluruh dunia. Prinsip tersebut adalah

ALARA

yang merupakan singkatan dari As Low As Reasonable Achievable atau dalam bahasa Indonesianya bisa diartikan sebagai “serendah mungkin yang bisa dicapai dengan alasan yang masuk akal” atau serendah mungkin asalkan masuk akal.

Yang dimaksudkan dalam ALARA ini adalah penerimaan dosis dan penyebaran radiasi yang harus diminimalisir serendah mungkin karena sekecil apapun radiasi nuklir yang diterima, ada dampak yang mungkin terjadi, tapi….. masih ada faktor efektivitas yang harus diperhitungkan sehingga penggunaannya juga harus masuk akal. Istilahnya, kalau tidak efektif untuk apa menggunakan radiasi pengion? Untuk apa ambil resiko kalau tidak ada manfaatnya?

Efektivitas Radiasi

Efektivitas radiasi dipengaruhi banyak hal. Beberapa hal penting adalah jenis radiasi, kekuatan radiasi, penggunaan teknologi, dan faktor ekonomi. Ada satu saja hal yang tidak masuk akal, maka penggunaan radiasi menjadi tidak efektif.

Jenis Radiasi
Jenis radiasi sangat berpengaruh karena masing-masing radiasi memiliki sifat berbeda sehingga penggunaannya pun berbeda. Sebagai contoh, untuk pencitraan atau imaging, radiasi yang biasa digunakan adalah sinar-x atau sinar gamma karena daya tembusnya yang kuat. Sinar beta digunakan untuk mengionisasi partikel seperti merubah gen pada bibit tanaman atau membunuh sel kanker. Ada juga peluruhan berantai dengan berbagai jenis radiasi pada uranium yang menghasilkan energi yang sangat besar sehingga digunakan sebagai sumber energi untuk berbagai keperluan baik penelitian maupun sumber energi listrik.

Karena jenis radiasi yang digunakan tertentu, kita tidak bisa asal menggunakan radiasi hanya karena ingin mendapatkan dosis teraman. Sebagai contoh, pesawat sinar-X adalah sumber radiasi pengion teraman karena merupakan radiasi yang dibangkitkan sehingga kita bisa mengatur kapan dan berapa besar sinar-x yang kita butuhkan. Tidak seperti zat radioaktif yang selalu memancarkan radiasi hingga habis aktivitasnya, pesawat sinar-x tidak memancarkan sinar-x saat tidak beroperasi. Tapi, kita tidak bisa menggunaan sinar-x untuk brachiterapi (pengobatan kanker) karena yang bisa digunakan adalah zat radioaktif tertentu, seperti Co-60. Jadi, walaupun lebih berbahaya, zat radioaktif tertentu dipilih karena efektivitasnya.

Kekuatan Radiasi
Kekuatan radiasi tentunya sangat berpengaruh pada hasil kerja. Kalau kekuatannya terlalu kecil, tentunya hasilnya tidak optimal atau bahkan tidak berpengaruh sama sekali. Sinar gamma yang terlalu lemah tidak akan sanggup menembus bahan yang ingin diperiksa. Sinar beta yang terlalu lemah tidak cukup kuat mengionisasi zat yang diinginkan. Jadi walaupun harus menggunakan radiasi yang lebih kuat yang artinya menyebabkan dosis lebih besar, kita mengambil resiko karena efektivitasnya.

Penggunaan Teknologi
Teknologi terus berkembang demi kepentingan manusia. Tapi, masing-masing teknologi memiliki kekurangan masing-masing sehingga kita harus memilih mana yang lebih efektif, termasuk mengambil resiko dengan penggunaan radiasi. Contohnya, walaupun dalam bidang medis banyak sekali pilihan pencitraan untuk diagnosis seperti USG dan MRI yang tidak menggunakan radiasi nuklir, tetapi ada saatnya kita harus memilih sinar-x (rongent atau CT-Scan) karena hasil yang lebih jelas dari USG dan pemeriksaan yang lebih cepat dari MRI. Contoh lain adalah penggunaan pesawat gamma dengan penggunaan Iridium untuk NDT karena tidak merusak struktur yang diperiksa. Jadi, tentunya harus dipilih teknologi yang paling efektif.

Faktor Ekonomi
Kalau sudah bicara ekonomi, kita akan semakin repot untuk menentukan efektivitas. Dalam suatu kegiatan apapun, biasanya akan dicari solusi yang paling ekonomis. Kalau ada yang lebih murah, untuk apa menggunakan yang lebih mahal? Kasus yang berbeda adalah kita tidak mungkin menggunakan sesuatu yang biayanya tidak terjangkau. Jadi, ada kalanya kita harus memilih radiasi yang lebih besar karena biayanya lebih terjangkau sehingga lebih efektif bagi pemilik dana yang terbatas.

Faktor ekonomi juga menjadi salah satu alasan kuat pembangunan PLTN (Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir) yang sampai saat ini masih menjadi perdebatan besar di Indonesia. Harus diakui bahwa PLTN mempunyai nilai ekonomis yang lebih tinggi dibandingkan pembangkit listrik lain karena energi yang dihasilkan sangat besar dibandingkan dengan biaya yang harus dikeluarkan. Dengan krisis energi yang melanda Indonesia, PLTN tetap dianggap sebagai salah satu pilihan ekonomis.

Kesimpulan

Prinsip ALARA menggunakan pemikiran untuk menggunakan radiasi dengan dosis dan penyebaran sesedikit mungkin, tetapi harus efektif. Oleh karena itu, diperlukan perhitungan yang akurat tentang dosis terkecil yang diperlukan demi tercapainya tujuan dari aktivitas tersebut. Jika sudah didapatkan hasil perhitungan dosis terkecil yang efektif, kita tidak boleh menambah dosis bagaimanapun juga. Saat menggunakan pesawat sinar-x, jangan menambahkan arus atau tegangan yang tidak diperlukan. Saat menggunakan zat radioaktif, jangan memilih aktivitas tinggi jika tidak diperlukan.

Selain menentukan dosis terendah dari sumber radiasi, penerapan prinsip alara juga dibantu dengan penggunaan 3 faktor dasar proteksi radiasi yaitu faktor waktu, jarak, dan pelindung.

Waktu > semakin cepat waktu yang diperlukan, akan semakin kecil dosis yang diterima dan disebar.

Jarak > semakin jauh jarak, semakin kecil dosis yang diterima dan disebar

Pelindung > penggunaan pelindung akan memperkecil dosis yang diterima dan disebar.

Jadi, semua faktor yang mempengaruhi dosis yang diterima dan penyebaran radiasi harus benar-benar diperhitungkan demi tercapainya prinsip ALARA sehingga dampak buruk radiasi bisa diturunkan sekecil mungkin.